Tantangan Pembelajaran Daring Jarak Jauh

Tahun 2020 ini terasa sangat berbeda, khususnya dalam sektor pendidikan. Pembelajaran yang sudah pakem berupa tatap muka klasikal kini mengalami revolusi (perubahan dalam waktu singkat) akibat pandemi menjadi pembelajaran daring jarak jauh atau non klasikal. Bagi kalangan pendidikan tinggi sebenarnya perubahan ini tidaklah asing, karena sudah dipersiapkan dari tahun-tahun sebelumnya untuk perkuliahan Blended Learning yaitu kombinasi dari tatap muka langsung dengan daring, baik sinkron (dalam waktu yang sama) maupun asinkron (tidak dalam waktu yang sama).

Perkuliahan daring sinkron dengan Zoom Cloud Meeting


Mengenal Blended Learning

Saya pertama kali mendapat pembekalan Blended Learning tahun 2018 saat masih mengabdi di Jurusan Teknik Industri STT Bandung. Sebagai perguruan tinggi yang jumlah mahasiswanya cukup besar dan lekat dengan teknologi terutama teknologi informasi, STT Bandung mendorong dosen untuk  menyelenggarakan perkuliahan daring 2 kali persemester pada tiap matakuliah. Dari sana saya berkenalan dengan aplikasi Zoom, LMS (Learning Management System), Google Classroom, bahkan pemanfaatan media sosial seperti Facebook sebagai media pembelajaran. 

Penyerahan sertifikat pelatihan blended learning

Setelah bergabung dengan Politeknik Negeri Batam, saya bertemu lagi dengan  blended learning bahkan diberi pelatihan beberapa hari. Polibatam memiliki LMS yang sudah cukup mapan berbasis Moodle. Jumlah mahasiswa yang jauh lebih banyak (sekitar 1000 orang per angkatan), jumlah ruang kelas yang masih terbatas, besarnya porsi perkuliahan praktik, serta adaptasi teknologi yang cepat mendorong dosen untuk memanfaatkan blended learning untuk efisiensi perkuliahan. Bahkan, Polibatam menawarkan insentif pada dosen yang menyelenggarakan perkuliahan secara blended. Polibatam juga sempat memberikan hibah bantuan teknis pada dosen yang membuat video ajar.

Tampilan dashboard LMS Polibatam

Salah satu teknik Blended Learning yang sempat ingin saya terapkan yaitu flipped class, yakni pemberian materi secara asinkron terlebih dahulu kemudian dilengkapi tatap muka untuk berdiskusi mengenai materi yang telah diberikan atau dengan mengerjakan tugas terbimbing. Tentunya metode ini kebalikan dari tatap muka tradisional, dimana materi diberikan terlebih dahulu secara tatap muka langsung kemudian dilanjutkan tugas mandiri. Cara ini dipandang paling baik dalam matakuliah praktikum, dimana mahasiswa dibekali dulu materi teori yang bisa diakses mandiri kemudian baru melakasanakan praktikum setelah dilakukan responsi untuk mengevaluasi kesiapan mahasiswa.

Kuliah Daring Di Masa Pandemi

Pembatasan fisik (physical distancing) sempat menghentikan seluruh kegiatan belajar mengajar pada semua tingkat pendidikan, tidak terkecuali pendidikan tinggi. Arahan pemerintah yang dituangkan oleh Surat Edaran Direktur Polibatam No. 289/PL29/III/2020 Tentang Kewaspadaan dan Pencegahan Covid-19 di Lingkungan Politeknik Negeri Batam praktis menghentikan sementara semua kegiatan pegawai termasuk perkuliahan. Terbitnya Surat Edaran Direktur Polibatam No. 392/PL29/III/2020 Tentang Panduan Bekerja Terkait Tindak Lanjut Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Lingkungan Politeknik Negeri Batam mengatur agar semua kegiatan dapat berjalan dengan memperhatikan protokol kesehatan. Kegiatan perkuliahan, perwalian, bimbingan, dll dilakukan dari rumah (Bekerja Dari Rumah, atau Work From Home). Peraturan ini masih berlaku hingga kini, dan teknis terkait perkuliahan semester ganjil 2020/2021 diperjelas Surat Edaran Direktur Polibatam No. 664/PL29/VI/2020 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Akademik Semester Ganjil 2020/2021. Menurut aturan tersebut, segala kegiatan perkuliahan baik teori maupun praktik diusahakan diselenggarakan secara daring. Semua matakuliah terutama praktikum diintegrasikan untuk mengerjakan satu project dengan mengadaptasi Project Based Learning.

Kendala Kuliah Daring

Marak di media sosial bahwa orangtua siswa keberatan dengan pembelajaran daring, bahkan merasa tidak perlu membayar biaya sekolah karena toh tidak menggunakan fasilitas sekolah. Guru-guru pun dianggap "makan gaji buta" karena hanya memberi tugas pada siswa, sementara orangtua sibuk mengajarkan anaknya di rumah.

Sebenarnya anggapan tersebut kurang tepat, karena semua pendidik pasti merasa lebih nyaman dengan mengajar langsung di kelas. Pengajar dapat langsung melihat keaktifan murid, memberi motivasi belajar, memberikan penguatan pada kata kunci tertentu, serta memonitor jalannya evaluasi seperti kuis dan ujian.

Pelaksanaan Kuis

Saya rasa semua guru setuju pendapat saya barusan, bahwa dengan hadir langsung, pengajar dapat menguasai kelas. Malah, kegiatan belajar daring ini sangat mempersulit guru. Sekarang pengajar harus menyiapkan bahan ajar jauh-jauh hari, termasuk mungkin memproduksi video sendiri. Guru harus menguasai teknologi pembelajaran daring yang telah saya sebutkan di awal. Bagi guru muda kaum milenial seperti saya rasanya tidak terlalu sulit mempelajari hal-hal baru. Hanya perlu menyiapkan gear yang sesuai. Namun bagaimana dengan guru senior yang tidak terbiasa? Memang, harusnya guru dan dosen senantiasa mengikuti perkembangan teknologi. Namun jangan lupa bahwa tiap orang berbeda-beda. Guru-guru ini bukannya tidak mau mempelajari teknologi pembelajaran daring, namun butuh effort yang sangat luar biasa. Administrasi pembelajaran daring cukup merepotkan bagi yang tidak terbiasa. Ditambah lagi karena tidak bisa menguasai kelas, guru hanya terasa berbicara sendirian dengan layar. Menurut saya semua guru layak mendapatkan apresiasi, walaupun sekedar diberi gaji atau pendapatannya seperti yang biasa.

Perlu dilihat lebih mendalam lagi, selain guru yang tidak terbiasa dengan pembelajaran daring, murid juga sama tidak terbiasanya. Siswa yang biasanya dapat langsung bertemu guru di kelas, bertanya langsung, menanggapi dll belum tentu 100% paham dengan materi. Apalagi dengan daring yang sulit untuk menyampaikan pernyataan atau pertanyaan dengan benar. Apalagi kendala koneksi, perangkat lunak maupun perangkat keras. Masih ada mahasiswa yang belum memiliki laptop, tentunya menyulitkan pembelajaran. Masukan umpan balik pada saya di salah satu perkuliahan yang saya ampu mengungkapkan bahwa mahasiswa lebih sulit mengerti penyampaian kuliah secara daring. 

menurut saya untuk perkuliahan ini sudah baik mulai dari penyampaian materi dan tugasnya, tapi mungkin menurut saya pribadi lebih muda memahami pelajaran bila di adakan secara tatap muka 

 Semoga pandemi ini segera berakhir. Karena saya tidak bisa maksimal memahami materi dengan sistem online

Peluang Dalam Masa Pembelajaran Daring

Menurut saya (dan mungkin banyak orang), platform yang paling nyaman untuk digunakan dalam perkuliahan sinkron adalah Zoom. Aplikasi ini sangat ringan, tidak membutuhkan bandwidth yang besar, dan kaya akan fitur. Namun akun gratis hanya dibeli waktu meeting maksimal 40 menit dengan peserta paling banyak 100 orang. Jika membutuhkan fitur lebih, tersedia berbagai pilihan berlangganan dengan biaya yang beragam. Banyak lembaga pendidikan terutama perguruan tinggi berbondong-bondong berlangganan akun Zoom karena dapat dimanfaatkan untuk perkuliahan, rapat, maupun seminar.

Nah poin terakhir ini menarik, karena ramai sekali webinar (web seminar) selama masa pandemi ini. Mobilitas yang terbatas tidak menghambat kreativitas. Banyak sekali lembaga yang membuat seminar, baik gratis maupun berbayar. Ada yang bersertifikat, ada yang sekedar berbagi ilmu. Dengan webinar ini terjadi terobosan, yakni tidak perlu biaya besar untuk mengikuti acara yang diselenggarakan di tempat yang jauh. Selain itu juga bisa mengundang narasumber dari luar negeri tanpa mengeluarkan biaya besar. Peserta sangat ramai, umumnya yang butuh sertifikat untuk penilaian performa pekerjaan atau sebagai bukti kegiatan memperkaya keilmuan. Bagi penyelenggara maupun narasumber, tentunya bermanfaat sebagai ajang pengabdian pada masyarakat, salah satu Tridharma Perguruan Tinggi. Peserta senang, panitia senang, narasumber senang.

Selain itu ternyata ada saja yang menyewakan akun Zoom, seperti yang saya temukan di media sosial berikut.

courtesy https://twitter.com/sewazoommeeting

Menurut saya pedagang seperti ini sangat kreatif dan adaptif. Mampu menemukan pasar karena kebutuhan akun Zoom meningkat, terutama karena belum ada tanda-tanda pandemi ini berakhir. Tentunya asalkan pedagang menaati peraturan hukum yang berlaku.

Pembelajaran Daring Pasca-Pandemi

Lalu bagaimana nasib pembelajaran daring setelah pandemi ini berakhir? Saya kira masih akan digunakan dalam porsi tertentu. Blended learning akan menjadi umum karena baik pengajar maupun murid sudah cukup familiar dengan belajar daring. Banyak instansi yang masih akan memanfaatkan fitur virtual meeting untuk rapat dan pelatihan. Selain memangkas banyak biaya, juga dapat menghemat waktu.

Akhir kata, semoga pandemi ini berakhir dan kita semua tetap diberikan kesehatan. Majulah pendidikan Indonesia.
--


 Perkuliahan terakhir dengan kelas TPKK 2018 Reguler, November 2019


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelatihan Dasar (Latsar) CPNS Daring di Tengah Pandemi